Rabu, 20 Februari 2008

koLitis ULseratif....

Gangguan saluran cerna adalah salah satu masalah yang sering kita dijumpai dimasyarakat. Diantaranya banyaknya penyakit tersebut gejala keluarnya feses berdarah, berlendir dan bernanah juga sering didapat

jika hal tersebut terjadi mungkin yang dialami adalah kolitis ulseratif.

mungkin info dibawah ini dapat sedikit menjelaskannya..

apa sih kolitis ulseratif itu ?

Kolitis Ulserativa merupakan suatu penyakit menahun, dimana usus besar mengalami peradangan dan luka, yang menyebabkan diare berdarah, berlendir, bernanah, kram perut dan demam. Colitis ulseratif biasa menyerang pada usia 15-35 tahun, tetapi dapat juga menyerang usia diatas 50 tahun


Penyebab nya apa aja ya?

Penyebab penyakit ini tidak diketahui, namun faktor keturunan dan respon sistem kekebalan tubuh yang terlalu aktif di usus, diduga berperan dalam terjadinya kolitis ulserativa. Selain itu ada juga beberapa fakor yang dicurigai menjadi penyebab terjadinya colitis ulseratif diantaranya adalah : hipersensitifitas terhadap factor lingkungan dan makanan, interaksi imun tubuh dan bakteri yang tidak berhasil (awal dari terbentuknya ulkus), pernah mengalami perbaikan pembuluh darah, dan stress.


Patofisiologis

Pada kondisi yang fisiologis system imun pada kolon melindungi mukosa kolon dari gesekan dengan feses saat akan defekasi, tetapi karena aktifitas imun yang berlebihan pada colitis maka system imunnya malah menyerang sel-sel dikolon sehingga menyebabkan terjadi ulkus

Ulkus terjadi di sepanjang permukaan dalam (mukosa) kolon atau rectum yang menyebabkan darah keluar bersama feses. Darah yang keluar biasanya bewarna merah, karena darah ini tidak masuk dalam proses pencernaan tetapi darah yang berasal dari pembuluh darah didaerah kolon yang rusak akibat ulkus. Selain itu ulkus yang lama ini kemudian akan menyebabkan peradangan menahun sehingga terbentuk pula nanah (pus).

Ulkus dapat terjadi pada semua bagian kolon baik, pada sekum, kolon ascenden, kolon transversum maupun kolon sigmoid.

A ulkus pada cekum C uklus pada kolon transversum

B ulkus pada kolon ascenden D ulkus pada kolon sigoid


Berdasarkan daerah yang terinfeksi kolitis ulseratif dapat dibagi menjadi beberapa tipe, yaitu :

Area yang terinfeksi

Name

Rectum

Ulcerative proctitis

Left side of the colon

Limited, or distal, colitis

Entire colon

Universal, or Pancolitis

Akibat ulkus yang menahun maka terjadilah perubahan bentuk pada kolon baik secara mikroskopik ataupun makroskopik,

Gejala yang sering timbul pada penyakit colitis ulseratif ini adalah :

  1. Nyeri perut

  2. Diare berdarah,berlendir dan bernanah

  1. Anemia

  2. Turunnya berat badan

Gejala yang timbul ini hampir sama dengan penyakit Chron karena itu sering sekali orang mengira penyakit ini adalah penyakit chron, tetapi jika kita lebih teliti maka banyak perbedaan yang terlihat, seperti yang tercantum pada tabel



Symptoms of Inflammatory Bowel Disease

Gejala

Ulcerative Colitis (UC)

Crohn's Disease (CD)

Diarrhea

Diare yang rekuren sangat sering dan selalu disertai mukus

Diare rekuren jarang dijumpai

Rectal bleeding

Darah juga selalu ada dalam feses

Kadang-kadag ada darah dalam feses.

Constipation

Jarang terjadi

Selalu terjadi konstipasi.

Fever

Bias terjadi apabila sudah parah.

Selalu tejadi walapun kenaikan suhu tidak terlalu tinggi, tetapi jika sudah mengalammi komlikasi maka akan lebih meninggi

Loss of appetite, weight loss,

Terjadi jika pnyakit sudah memasui tahap yang parah

Umum dijumpi penurunan sekitar 10-20% dari berat normal.

Abnormal defecation: Increased frequency, a feeling of incomplete evacuation, and tenesmus .

Gejala pada tahap mild or severe.

Terjadi disetiap tahap

Anal ulcers and fistulas: (channels that can burrow between organs, loops of the intestine, or between the intestines and skin).

Hamper tidak pernah ditemukan

Merupakan gejala awal


Diagnosanya ...

Untuk mengetahui pasti diagnose penyakit ini adalah dengan cara melakukan beberapa test.

  • Tes pertama yang dilakukan adalah anamnesis dan pemeriksaaan fisik tentunya, pada pemeriksaan fisik , periksalah kekauan dari otot-otot abdominal kemudian perhatikan

Apakah pasien demam dan dehirasi jika ya, kemungkinan pasien mengalami gejala awal ulkus

  • Pemeriksaan feses (berdarah, lender dan nanah)

  • Pada pemeriksaan laboratorium terlihat anemic dan malnutrisi

  • Sigmoidoskopi, cara yang paling baik yaitu dengan cara memasukan kamera kedalam saluran cerna, dan tampaklah bagian mana yang telah menganai ulkus

Pengobatan yang bisa dilakukan

Pengobatan ditujukan untuk mengendalikan peradangan, mengurangi gejala dan mengganti cairan dan zat gizi yang hilang.Penderita sebaiknya menghindari buah dan sayuran mentah untuk mengurangi cedera fisik pada lapisan usus besar yang meradang. Diet bebas susu bisa mengurangi gejala. Penambahan zat besi bisa menyembuhkan anemia yang disebabkan oleh hilangnya darah dalam tinja.

Obat-obatan seperti :

  • dosis kecil loperamide atau difenoksilat, diberikan pada diare yang relatif ringan.

  • Untuk diare yang lebih berat, mungkin dibutuhkan dosis yang lebih besar dari difenoksilat atau opium yang dilarutkan dalam alkohol, loperamide atau codein.

  • Pada kasus-kasus yang berat, pemberian obat-obat anti-diare ini harus diawasi secara ketat, untuk menghindari terjadinya megakolon toksik.

  • Sulfasalazine, olsalazine atau mesalamine sering digunakan untuk mengurangi peradangan pada kolitis ulserativa dan untuk mencegah timbulnya gejala.

Obat-obatan ini biasanya diminum namun bisa juga diberikan sebagai enema (cairan yang disuntikkan ke dalam usus) atau supositoria (obat yang dimasukkan melalui dubur).

Penderita dengan kolitis berat menengah yang tidak menjalani perawatan rumah sakit, biasanya mendapatkan kortikosteroid per-oral (melalui mulut), seperti prednisone.
Prednisone dosis tinggi sering memicu proses penyembuhan. Setelah prednisone mengendalikan peradangannya, sering diberikan sulfasalazine, olsalazine atau mesalamine.
Secara bertahap dosis prednisone diturunkan dan akhirnya dihentikan. Pemberian kortikosteroid jangka panjang menimbulkan efek samping, meskipun kebanyakan akan menghilang jika pengobatan dihentikan.

Bila kolitis ulserativa yang ringan atau sedang terbatas pada sisi kiri usus besar (kolon desendens) dan di rektum, bisa diberikan enema dengan kortikosteroid atau mesalamine.
Bila penyakitnya menjadi berat, penderita harus dirawat di rumah sakit dan diberikan kortikosteroid intravena (melalui pembuluh darah).

Penderita dengan perdarahan rektum yang berat mungkin memerlukan transfusi darah dan cairan intravena.Untuk mempertahankan fase penyembuhan, diberikan azathioprine dan merkaptopurin.Siklosporin diberikan kepada penderita yang mendapat serangan berat dan tidak memberikan respon terhadap kortikosteroid. Tetapi sekitar 50% dari penderita ini, akhirnya memerlukan terapi pembedahan.


Pembedahan

Kolitis toksik merupakan suatu keadaan gawat darurat. Segera setelah terditeksi atau bila terjadi ancaman megakolon toksik, semua obat anti-diare dihentikan, penderita dipuasakan, selang dimasukan ke dalam lambung atau usus kecil dan semua cairan, makanan dan obat-obatan diberikan melalui pembuluh darah.

Pasien diawasi dengan ketat untuk menghindari adanya peritonitis atau perforasi.
Bila tindakan ini tidak berhasil memperbaiki kondisi pasien dalam 24-48 jam, segera dilakukan pembedahan, dimana semua atau hampir sebagian besar usus besar diangkat.

Jika didiagnosis kanker atau adanya perubahan pre-kanker pada usus besar, maka pembedahan dilakukan bukan berdasarkan kedaruratan.Pembedahan non-darurat juga dilakukan karena adanya penyempitan dari usus besar atau adanya gangguan pertumbuhan pada anak-anak.

Alasan paling umum dari pembedahan adalah penyakit menahun yang tidak sembuh-sembuh, sehingga membuat penderita tergantung kepada kortikosteroid dosis tinggi.
Pengangkatan seluruh usus besar dan rektum, secara permanen akan menyembuhkan kolitis ulserativa.

Penderita hidup dengan ileostomi (hubungan antara bagian terendah usus kecil dengan lubang di dinding perut) dan kantong ileostomi. Prosedur pilihan lainnya adalah anastomosa ileo-anal, dimana usus besar dan sebagian besar rektum diangkat, dan sebuah reservoir dibuat dari usus kecil dan ditempatkan pada rektum yang tersisa, tepat diatas anus.


sumber info diatas fika ambil dari :

Sylvia A.price Lorraine M. Wilson . Patofisilogi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Vol.1. Edisi 6 .EGC; Jakarta. 2006

http://digestive.niddk.nih.gov/ddiseases/pubs/colitis/

www.manukahoneyusa.com/ulcerative-colitis.htm

www.pentasausa.com/what.asp

http://www.indonesiaindonesia.com/f/10717-kolitis-ulserativa/

mungkin info ini kurang lengkap ya?! jadi kalo ada yang mau nambah ato komen fika seneng banget...










nyeri ulu hati tak sembuh?! waspadai gejala GERD!!!

Ulu hati terasa perih adalah keluhan yang sering terdengar. Hampir tiap orang yang mengalami masalah ini membuat diagnosis instan, memberi ''label'' pada keluhan yang mereka derita, yaitu ''Saya sakit maag atau biasa juga disebut gastritis!" Sebagaimana nasihat klasik, hindari makanan-makanan yang merangsang, pedas, asam, maka rasa perih pun menyurut. Tapi bagaimana hal nya jika keluhan ini tak segera pergi? Atau bahkan jika intensitasnya jadi makin parah?
Jika hal diatas terjadi pada anda, maka perlu diwaspadai bahwa nyeri ulu hati yang anda rasakan bukanlah nyeri ulu hati biasa atau bukan semacam respons temporer banjirnya asam lambung karena hadirnya makanan pedas. Jangan-jangan yang Anda derita adalah GERD (gastro esophageal reflux disease).

Apa sih GERD itu ?
Penyakit refluks gastoesofageal(gastroesofageal reflux desease/ GERD) adalah suatu keadaan patologis sebagai akibat refluks kandungan lambung kedalam esophagus, dengan berbagai gejala yang timbul akibat keterlibatan esophagus, faring, laring dan saluran nafas.

gimana GERD bisa terjadi, ya ?
Apabila katup gastoesofageal tak berfungsi dengan baik, yaitu pintu ini tak tertutup rapat atau longgar, maka asam lambung pun dapat mengalir balik ke atas, menuju kerongkongan. Hal ini yang menjadi penyebab terjadi GERD.
Esophagus dan gaster dipisahkan oleh suatu zona tekanan tinggi (high pressure zone) yang dihasilkan oleh kontraksi LES. Pada orang normal, pemisah ini akan dipertahankan kecuali pada saat terjadinya aliran antergrad yang terjadi pada saat proses menelan atau aliran retrograde pada saat terjadinya sendawa atau muntah. Aliran balik dari gasterke esophagus melalui LES hanya terjadi jika tonus LES tidak ada atau sangat rendah (<3mmhg)
Refluks esophagus pada GERD dapat terjadi melalui 3 mekanisme, yaitu :
1. Refluks spontan yang terjadi pada saat relaksasi LES yang tidak adekuat
2. Aliran retrogard yang mendahului kembalinya tonus LES setelah menelan
3. Meningkatnya tekanan abdomen

Dengan demikian dapat diterangkan bahwa pathogenesis terjadinya GERD menyangkut keseimbangan antara factor defensif dari esophagus dan factor ekstensif dari bahan reflukstat.

Yang termasuk factor defensif esophagus adalah :
º Pemisah Anti Refluks
Factor-faktor yang dapat menurunkan tonus LES yaitu : 1. Adanya hiatus hernia, 2. Panjang LES (makin pendek LES maka tonusnya makin rendah), 3. Obat-obatan seperti antikolinergik, beta adrenergic, teofilin, opioid , 4. Factor hormonal (peningkatan progesterone menurunkan tonus LES)
Namun banyak pasien GERD yang mempunyai tonus LES tonus normal, pada kasus ini refluks terjadi akibat adanya transient LES relaxation (TLESR), yaitu relaksasi LES spontan dan berlangsung kurang lebih 5 detik tanpa didahului oleh proses menelan.
º Bersihan asam dari lumen esophagus
factor-faktor yang berperan pada bersihan asam dari esophagus adalah gravitasi,peristaltic, eksresi air liur dan bikarbonat.

º Ketahanan Epitelial Esofagus
Mekanisme ketahanan berbeda dengan lambung dan usus karena esophagus tidak memiliki lapisan mucus untuk melindungi mukosa esophagus, ketahanan epiteleal esophagus terdiri dari :
1. Membrane sel
2. Batas intra selular yang membatasi difusi H+ kejaringan esophagus
3. Aliran darah esophagus yang mensuplai nutrient , oksigen, dan bikabonat serta mengeluarkan ion H+ dan CO2
4. Sel-sel esophagus mempunyai kemampuan untuk mentranspor ion H+ dan Cl- intraselular dengan Na+ dan bikarbonat ekstraselular.
Factor ofensif dari bahan reflukstat adalah potensi daya rusak yang disebabkan bahan-bahan yanr terkandung dalam reflukstat seperti asam klorida, pepsin, garam empedu, enzim pancreas. Derajat kerusakan yang ditimbulkan oleh refluksatat akan meningkat apabila pH <>

terus gejala yang timbul apa aja sih ?
Gejala klinik yang khas dari GERD adalah timbulnya rasa nyeri / rasa tidak enak diulu hati atau epigastrium . GERD dapat juga menimbulkan manisfestasi gejala diluar esophagus yang atipik serta bervariasi mulai dari nyeri dada non cardiac (Non cardiac Chest pain /NCCP), suara serak, laryngitis, batuk karena aspirasi sampai terjadinya brokiektasis atau asma
Sementara itu, beberapa penyakit paru dapat menjadi factor predisposisi terjadi GERD yaitu yang dapat menimbulkan perubahan anatomis didaerah gastroesofageal high pressures zone akibat penggunaan obat-obat yang menurunkan tonus LES (teofilin)

Gejala GERD Pada Wanita Hamil
Gejala GERD berupa nyeri ulu hati bias juga terjadi pada wanita hamil Nyeri ulu hati yang terjadi akibat meningkatnya hormone yang mengakibatkan system pencernaan bekerja lebih lambat. Hormone juga menyebabkan kerja otot yang mendorong makanan keesofagus lebih lambat. Sebagai tambahan, pertumbuhan uterus menyebabkan lambung terdorong keatas dan memaksa asam lambung naik kearah esophagus. Tetapi gejala akan membaik setelah partus.
Pengobatan nyeri uluhati pada wanita hamil juga hamper sama dengan penderita GERD pada umumnya. Modifikasi gaya hidup dan pencegahan penggunaan obat yang dapat menjadi pemicu merupakan hal yang sangat dianjurkan. Cara yang dapat dilakukan diantaranya ialah :
a. Jangan berbaring setelah makan
b. Hindari makanan yang memicu sekresi asam
c. Bila ingin menggunakan antacid untuk mengobati nyeri, jangan menggunkan antacid yang mengandung sodium bikarbonat. Karena pada wanita hamil obat ini dapat mengakibatkan retensi cairan, penggunaan antacid yang mengandung kalsium karbonat lebih dianjurkan.
d. Penggunaan Acid reducers, seperti cimetidine (contohnya: Tagamet) atau ranitidine (contohnya Zantac).Proton pump inhibitors, seperti omeprazole (for example, Prilosec) atau lansoprazole (Prevacid, for example), lebih baik dikonsultasikan dulu dengan dokter.

GERD dan Asma
Banyak penelitian yang membahas hubungan antara GERD dan asma tetapi sampai saat ini masih belum ada kesimpulan yang jelas apakah GERD yang dapat menjadi penyebab terjadinya asma ataukah asma yang menjadi penyebab GERD. Yang banyak dijumpai pada pasien GERD dengan riwayat asma adalah bahwa GERD dapat memperburuk serangan asma. Begitupun penyakit asma dan beberapa obat nya juga dapat memperburuk gejala yang dialami.
Ada beberapa kemungkinan GERD dapat menjadi penyebab serangan asma :
1. Asam lambung yang mengalir balik ke esophagus juga mengiritasi j kerongkongan, jalan nafas atau bahkan paru-paru. Sehingga menyebabkan sulit untuk inhalasi (bernafas) dan juga menyebabkan batuk yang terus-menerus.
2. Asam lambung yang sampai ke esophagus menyebabkan saraf reflex disekitarnya terangsang menyebabkan tertutupnya jalan nafas untuk mencegah asam lambung masuk kedalaam saluran nafas tersebut. Penutupan saluran nafas sementara ini mengakibatkan nafas yang pendek-pendek

DIAGNOSA nya...
Selain anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan, perlu juga dilakukan pemeriksaan penunjang untuk menegakan diagnose pasti dari terjadinya GERD. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain :
· Endoskopi saluran cerna bagian atas
· Esofagografi dengan Barium
· Pemantauan PH 24 jam
· Tes Bernstein
· Tes Penghambat Pompa Proton (PPI Test) Acid Suppresion Test

pengoBaTannya...
Penatalaksaan yang dapat dilakukan untuk pasien GERD meliputi : perbaikan gaya hidup, terapi medika mentosa, terapi bedah hingga terapi endoskopi yang akhir-akhir ini mulai dilakukan.
1. Perbaikan gaya hidup.
Dasarnya adalah untuk mengurangi frekuensi refluks serta mencegah kekambuhan. hal yang dapat dilakukan seperti :
a. Meninggikan posisi kepala pada saat tidur
b. Menghindari makan sebelum tidur dengan maksud untuk meningkatkan bersihan asam dan mencegah refluks asam keeesofagus selama tidur
c. Berhenti merokok dan minum alcohol karena keduanya dapat menurunkan tonus LES
d. Mengurangi konsumsi lemak dan mengurangi konsumsi makanan karena keduanya menyebabkan terjadinya distensi lambung
e. Menurunkan berat badan pasien yang obes dan hindari pakaian yang ketat agar mengurangi tekanan intraabdomen
f. Hindari makanan yang dapat merangsang pengeluaran asam lambung berlebih (peppermint, minuman bersoda,cokelat, serta kopi)
g. Hindari juga obat-obat yang dapat menurunkan tonus LES (kolinergik,teofilin,diazepam,opiate,dll)
2. Terapi medika mentosa
Sampai pada saat ini dasar yang digunakan untuk terapi ini adalah supresi pengeluaran asam lambung. Ada dua pendekatan yang biasa dilakukan pada terapi medika mentosa
a. Step up
Awal pengobatan pasien diberikan obat-obat yang kurang kuat menekan sekresi asam seperti antacid, antagonis reseptor H2 ( simetidin, ranitidine, famotidin, nizatidin) atau golongan prokinetik (metoklorpamid,domperidon,cisaprid) bila gagal berikan obat-obat supresi asam yang lebih kuat dengan masa terapi lebih lama (PPI)
b. Step down
Pada terapi ini pasien langsung diberikan PPI dan setelah berhasil lanjutkan dengan supresi asam yang lebih lemah untuk pemeliharaan
3. Terapi terhadap Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi adalah perdarahan dan striktur. Bila terjadi rangsangan asam lambung yang kronik dapat terjadi perubahan mukosa esophagus dari squamous menjadi kolumnar yang metaplastik sebagai esophagus barret’s (premaligna) dan dapat menjadi karsinoma barret’s esofagus
a. Striktur esophagus
Bila pasien mengeluh disfagia dan diameter strikturnya kurang dari 13 mm maka dapat dilakukan dilatasi busi, bila gagal juga lakukanlah operasi

b. Barret’s esophagus
Bila pasien telah mengalami hal ini maka terapi yang dilakukan adalah terapi bedah (fundoskopi). Selain terapi bedah dapat juga dilakukan terapi endoskopi (baik menggunakan energy radiofrekuensi,plikasi gastric luminal atau dengan implantasi endoskopi) walapun cara ini masih dalam penelitian.

jadi mungkin itu sekilas tetang penyakit GERD.. kalo ada yang mau nambahin ato komentari boleh ko...

info GERD yang diatas diambil dari tugas referat yang aq buat dari ngumpuli berbagai artikel internet dan buku