Rabu, 20 Februari 2008

koLitis ULseratif....

Gangguan saluran cerna adalah salah satu masalah yang sering kita dijumpai dimasyarakat. Diantaranya banyaknya penyakit tersebut gejala keluarnya feses berdarah, berlendir dan bernanah juga sering didapat

jika hal tersebut terjadi mungkin yang dialami adalah kolitis ulseratif.

mungkin info dibawah ini dapat sedikit menjelaskannya..

apa sih kolitis ulseratif itu ?

Kolitis Ulserativa merupakan suatu penyakit menahun, dimana usus besar mengalami peradangan dan luka, yang menyebabkan diare berdarah, berlendir, bernanah, kram perut dan demam. Colitis ulseratif biasa menyerang pada usia 15-35 tahun, tetapi dapat juga menyerang usia diatas 50 tahun


Penyebab nya apa aja ya?

Penyebab penyakit ini tidak diketahui, namun faktor keturunan dan respon sistem kekebalan tubuh yang terlalu aktif di usus, diduga berperan dalam terjadinya kolitis ulserativa. Selain itu ada juga beberapa fakor yang dicurigai menjadi penyebab terjadinya colitis ulseratif diantaranya adalah : hipersensitifitas terhadap factor lingkungan dan makanan, interaksi imun tubuh dan bakteri yang tidak berhasil (awal dari terbentuknya ulkus), pernah mengalami perbaikan pembuluh darah, dan stress.


Patofisiologis

Pada kondisi yang fisiologis system imun pada kolon melindungi mukosa kolon dari gesekan dengan feses saat akan defekasi, tetapi karena aktifitas imun yang berlebihan pada colitis maka system imunnya malah menyerang sel-sel dikolon sehingga menyebabkan terjadi ulkus

Ulkus terjadi di sepanjang permukaan dalam (mukosa) kolon atau rectum yang menyebabkan darah keluar bersama feses. Darah yang keluar biasanya bewarna merah, karena darah ini tidak masuk dalam proses pencernaan tetapi darah yang berasal dari pembuluh darah didaerah kolon yang rusak akibat ulkus. Selain itu ulkus yang lama ini kemudian akan menyebabkan peradangan menahun sehingga terbentuk pula nanah (pus).

Ulkus dapat terjadi pada semua bagian kolon baik, pada sekum, kolon ascenden, kolon transversum maupun kolon sigmoid.

A ulkus pada cekum C uklus pada kolon transversum

B ulkus pada kolon ascenden D ulkus pada kolon sigoid


Berdasarkan daerah yang terinfeksi kolitis ulseratif dapat dibagi menjadi beberapa tipe, yaitu :

Area yang terinfeksi

Name

Rectum

Ulcerative proctitis

Left side of the colon

Limited, or distal, colitis

Entire colon

Universal, or Pancolitis

Akibat ulkus yang menahun maka terjadilah perubahan bentuk pada kolon baik secara mikroskopik ataupun makroskopik,

Gejala yang sering timbul pada penyakit colitis ulseratif ini adalah :

  1. Nyeri perut

  2. Diare berdarah,berlendir dan bernanah

  1. Anemia

  2. Turunnya berat badan

Gejala yang timbul ini hampir sama dengan penyakit Chron karena itu sering sekali orang mengira penyakit ini adalah penyakit chron, tetapi jika kita lebih teliti maka banyak perbedaan yang terlihat, seperti yang tercantum pada tabel



Symptoms of Inflammatory Bowel Disease

Gejala

Ulcerative Colitis (UC)

Crohn's Disease (CD)

Diarrhea

Diare yang rekuren sangat sering dan selalu disertai mukus

Diare rekuren jarang dijumpai

Rectal bleeding

Darah juga selalu ada dalam feses

Kadang-kadag ada darah dalam feses.

Constipation

Jarang terjadi

Selalu terjadi konstipasi.

Fever

Bias terjadi apabila sudah parah.

Selalu tejadi walapun kenaikan suhu tidak terlalu tinggi, tetapi jika sudah mengalammi komlikasi maka akan lebih meninggi

Loss of appetite, weight loss,

Terjadi jika pnyakit sudah memasui tahap yang parah

Umum dijumpi penurunan sekitar 10-20% dari berat normal.

Abnormal defecation: Increased frequency, a feeling of incomplete evacuation, and tenesmus .

Gejala pada tahap mild or severe.

Terjadi disetiap tahap

Anal ulcers and fistulas: (channels that can burrow between organs, loops of the intestine, or between the intestines and skin).

Hamper tidak pernah ditemukan

Merupakan gejala awal


Diagnosanya ...

Untuk mengetahui pasti diagnose penyakit ini adalah dengan cara melakukan beberapa test.

  • Tes pertama yang dilakukan adalah anamnesis dan pemeriksaaan fisik tentunya, pada pemeriksaan fisik , periksalah kekauan dari otot-otot abdominal kemudian perhatikan

Apakah pasien demam dan dehirasi jika ya, kemungkinan pasien mengalami gejala awal ulkus

  • Pemeriksaan feses (berdarah, lender dan nanah)

  • Pada pemeriksaan laboratorium terlihat anemic dan malnutrisi

  • Sigmoidoskopi, cara yang paling baik yaitu dengan cara memasukan kamera kedalam saluran cerna, dan tampaklah bagian mana yang telah menganai ulkus

Pengobatan yang bisa dilakukan

Pengobatan ditujukan untuk mengendalikan peradangan, mengurangi gejala dan mengganti cairan dan zat gizi yang hilang.Penderita sebaiknya menghindari buah dan sayuran mentah untuk mengurangi cedera fisik pada lapisan usus besar yang meradang. Diet bebas susu bisa mengurangi gejala. Penambahan zat besi bisa menyembuhkan anemia yang disebabkan oleh hilangnya darah dalam tinja.

Obat-obatan seperti :

  • dosis kecil loperamide atau difenoksilat, diberikan pada diare yang relatif ringan.

  • Untuk diare yang lebih berat, mungkin dibutuhkan dosis yang lebih besar dari difenoksilat atau opium yang dilarutkan dalam alkohol, loperamide atau codein.

  • Pada kasus-kasus yang berat, pemberian obat-obat anti-diare ini harus diawasi secara ketat, untuk menghindari terjadinya megakolon toksik.

  • Sulfasalazine, olsalazine atau mesalamine sering digunakan untuk mengurangi peradangan pada kolitis ulserativa dan untuk mencegah timbulnya gejala.

Obat-obatan ini biasanya diminum namun bisa juga diberikan sebagai enema (cairan yang disuntikkan ke dalam usus) atau supositoria (obat yang dimasukkan melalui dubur).

Penderita dengan kolitis berat menengah yang tidak menjalani perawatan rumah sakit, biasanya mendapatkan kortikosteroid per-oral (melalui mulut), seperti prednisone.
Prednisone dosis tinggi sering memicu proses penyembuhan. Setelah prednisone mengendalikan peradangannya, sering diberikan sulfasalazine, olsalazine atau mesalamine.
Secara bertahap dosis prednisone diturunkan dan akhirnya dihentikan. Pemberian kortikosteroid jangka panjang menimbulkan efek samping, meskipun kebanyakan akan menghilang jika pengobatan dihentikan.

Bila kolitis ulserativa yang ringan atau sedang terbatas pada sisi kiri usus besar (kolon desendens) dan di rektum, bisa diberikan enema dengan kortikosteroid atau mesalamine.
Bila penyakitnya menjadi berat, penderita harus dirawat di rumah sakit dan diberikan kortikosteroid intravena (melalui pembuluh darah).

Penderita dengan perdarahan rektum yang berat mungkin memerlukan transfusi darah dan cairan intravena.Untuk mempertahankan fase penyembuhan, diberikan azathioprine dan merkaptopurin.Siklosporin diberikan kepada penderita yang mendapat serangan berat dan tidak memberikan respon terhadap kortikosteroid. Tetapi sekitar 50% dari penderita ini, akhirnya memerlukan terapi pembedahan.


Pembedahan

Kolitis toksik merupakan suatu keadaan gawat darurat. Segera setelah terditeksi atau bila terjadi ancaman megakolon toksik, semua obat anti-diare dihentikan, penderita dipuasakan, selang dimasukan ke dalam lambung atau usus kecil dan semua cairan, makanan dan obat-obatan diberikan melalui pembuluh darah.

Pasien diawasi dengan ketat untuk menghindari adanya peritonitis atau perforasi.
Bila tindakan ini tidak berhasil memperbaiki kondisi pasien dalam 24-48 jam, segera dilakukan pembedahan, dimana semua atau hampir sebagian besar usus besar diangkat.

Jika didiagnosis kanker atau adanya perubahan pre-kanker pada usus besar, maka pembedahan dilakukan bukan berdasarkan kedaruratan.Pembedahan non-darurat juga dilakukan karena adanya penyempitan dari usus besar atau adanya gangguan pertumbuhan pada anak-anak.

Alasan paling umum dari pembedahan adalah penyakit menahun yang tidak sembuh-sembuh, sehingga membuat penderita tergantung kepada kortikosteroid dosis tinggi.
Pengangkatan seluruh usus besar dan rektum, secara permanen akan menyembuhkan kolitis ulserativa.

Penderita hidup dengan ileostomi (hubungan antara bagian terendah usus kecil dengan lubang di dinding perut) dan kantong ileostomi. Prosedur pilihan lainnya adalah anastomosa ileo-anal, dimana usus besar dan sebagian besar rektum diangkat, dan sebuah reservoir dibuat dari usus kecil dan ditempatkan pada rektum yang tersisa, tepat diatas anus.


sumber info diatas fika ambil dari :

Sylvia A.price Lorraine M. Wilson . Patofisilogi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Vol.1. Edisi 6 .EGC; Jakarta. 2006

http://digestive.niddk.nih.gov/ddiseases/pubs/colitis/

www.manukahoneyusa.com/ulcerative-colitis.htm

www.pentasausa.com/what.asp

http://www.indonesiaindonesia.com/f/10717-kolitis-ulserativa/

mungkin info ini kurang lengkap ya?! jadi kalo ada yang mau nambah ato komen fika seneng banget...










nyeri ulu hati tak sembuh?! waspadai gejala GERD!!!

Ulu hati terasa perih adalah keluhan yang sering terdengar. Hampir tiap orang yang mengalami masalah ini membuat diagnosis instan, memberi ''label'' pada keluhan yang mereka derita, yaitu ''Saya sakit maag atau biasa juga disebut gastritis!" Sebagaimana nasihat klasik, hindari makanan-makanan yang merangsang, pedas, asam, maka rasa perih pun menyurut. Tapi bagaimana hal nya jika keluhan ini tak segera pergi? Atau bahkan jika intensitasnya jadi makin parah?
Jika hal diatas terjadi pada anda, maka perlu diwaspadai bahwa nyeri ulu hati yang anda rasakan bukanlah nyeri ulu hati biasa atau bukan semacam respons temporer banjirnya asam lambung karena hadirnya makanan pedas. Jangan-jangan yang Anda derita adalah GERD (gastro esophageal reflux disease).

Apa sih GERD itu ?
Penyakit refluks gastoesofageal(gastroesofageal reflux desease/ GERD) adalah suatu keadaan patologis sebagai akibat refluks kandungan lambung kedalam esophagus, dengan berbagai gejala yang timbul akibat keterlibatan esophagus, faring, laring dan saluran nafas.

gimana GERD bisa terjadi, ya ?
Apabila katup gastoesofageal tak berfungsi dengan baik, yaitu pintu ini tak tertutup rapat atau longgar, maka asam lambung pun dapat mengalir balik ke atas, menuju kerongkongan. Hal ini yang menjadi penyebab terjadi GERD.
Esophagus dan gaster dipisahkan oleh suatu zona tekanan tinggi (high pressure zone) yang dihasilkan oleh kontraksi LES. Pada orang normal, pemisah ini akan dipertahankan kecuali pada saat terjadinya aliran antergrad yang terjadi pada saat proses menelan atau aliran retrograde pada saat terjadinya sendawa atau muntah. Aliran balik dari gasterke esophagus melalui LES hanya terjadi jika tonus LES tidak ada atau sangat rendah (<3mmhg)
Refluks esophagus pada GERD dapat terjadi melalui 3 mekanisme, yaitu :
1. Refluks spontan yang terjadi pada saat relaksasi LES yang tidak adekuat
2. Aliran retrogard yang mendahului kembalinya tonus LES setelah menelan
3. Meningkatnya tekanan abdomen

Dengan demikian dapat diterangkan bahwa pathogenesis terjadinya GERD menyangkut keseimbangan antara factor defensif dari esophagus dan factor ekstensif dari bahan reflukstat.

Yang termasuk factor defensif esophagus adalah :
º Pemisah Anti Refluks
Factor-faktor yang dapat menurunkan tonus LES yaitu : 1. Adanya hiatus hernia, 2. Panjang LES (makin pendek LES maka tonusnya makin rendah), 3. Obat-obatan seperti antikolinergik, beta adrenergic, teofilin, opioid , 4. Factor hormonal (peningkatan progesterone menurunkan tonus LES)
Namun banyak pasien GERD yang mempunyai tonus LES tonus normal, pada kasus ini refluks terjadi akibat adanya transient LES relaxation (TLESR), yaitu relaksasi LES spontan dan berlangsung kurang lebih 5 detik tanpa didahului oleh proses menelan.
º Bersihan asam dari lumen esophagus
factor-faktor yang berperan pada bersihan asam dari esophagus adalah gravitasi,peristaltic, eksresi air liur dan bikarbonat.

º Ketahanan Epitelial Esofagus
Mekanisme ketahanan berbeda dengan lambung dan usus karena esophagus tidak memiliki lapisan mucus untuk melindungi mukosa esophagus, ketahanan epiteleal esophagus terdiri dari :
1. Membrane sel
2. Batas intra selular yang membatasi difusi H+ kejaringan esophagus
3. Aliran darah esophagus yang mensuplai nutrient , oksigen, dan bikabonat serta mengeluarkan ion H+ dan CO2
4. Sel-sel esophagus mempunyai kemampuan untuk mentranspor ion H+ dan Cl- intraselular dengan Na+ dan bikarbonat ekstraselular.
Factor ofensif dari bahan reflukstat adalah potensi daya rusak yang disebabkan bahan-bahan yanr terkandung dalam reflukstat seperti asam klorida, pepsin, garam empedu, enzim pancreas. Derajat kerusakan yang ditimbulkan oleh refluksatat akan meningkat apabila pH <>

terus gejala yang timbul apa aja sih ?
Gejala klinik yang khas dari GERD adalah timbulnya rasa nyeri / rasa tidak enak diulu hati atau epigastrium . GERD dapat juga menimbulkan manisfestasi gejala diluar esophagus yang atipik serta bervariasi mulai dari nyeri dada non cardiac (Non cardiac Chest pain /NCCP), suara serak, laryngitis, batuk karena aspirasi sampai terjadinya brokiektasis atau asma
Sementara itu, beberapa penyakit paru dapat menjadi factor predisposisi terjadi GERD yaitu yang dapat menimbulkan perubahan anatomis didaerah gastroesofageal high pressures zone akibat penggunaan obat-obat yang menurunkan tonus LES (teofilin)

Gejala GERD Pada Wanita Hamil
Gejala GERD berupa nyeri ulu hati bias juga terjadi pada wanita hamil Nyeri ulu hati yang terjadi akibat meningkatnya hormone yang mengakibatkan system pencernaan bekerja lebih lambat. Hormone juga menyebabkan kerja otot yang mendorong makanan keesofagus lebih lambat. Sebagai tambahan, pertumbuhan uterus menyebabkan lambung terdorong keatas dan memaksa asam lambung naik kearah esophagus. Tetapi gejala akan membaik setelah partus.
Pengobatan nyeri uluhati pada wanita hamil juga hamper sama dengan penderita GERD pada umumnya. Modifikasi gaya hidup dan pencegahan penggunaan obat yang dapat menjadi pemicu merupakan hal yang sangat dianjurkan. Cara yang dapat dilakukan diantaranya ialah :
a. Jangan berbaring setelah makan
b. Hindari makanan yang memicu sekresi asam
c. Bila ingin menggunakan antacid untuk mengobati nyeri, jangan menggunkan antacid yang mengandung sodium bikarbonat. Karena pada wanita hamil obat ini dapat mengakibatkan retensi cairan, penggunaan antacid yang mengandung kalsium karbonat lebih dianjurkan.
d. Penggunaan Acid reducers, seperti cimetidine (contohnya: Tagamet) atau ranitidine (contohnya Zantac).Proton pump inhibitors, seperti omeprazole (for example, Prilosec) atau lansoprazole (Prevacid, for example), lebih baik dikonsultasikan dulu dengan dokter.

GERD dan Asma
Banyak penelitian yang membahas hubungan antara GERD dan asma tetapi sampai saat ini masih belum ada kesimpulan yang jelas apakah GERD yang dapat menjadi penyebab terjadinya asma ataukah asma yang menjadi penyebab GERD. Yang banyak dijumpai pada pasien GERD dengan riwayat asma adalah bahwa GERD dapat memperburuk serangan asma. Begitupun penyakit asma dan beberapa obat nya juga dapat memperburuk gejala yang dialami.
Ada beberapa kemungkinan GERD dapat menjadi penyebab serangan asma :
1. Asam lambung yang mengalir balik ke esophagus juga mengiritasi j kerongkongan, jalan nafas atau bahkan paru-paru. Sehingga menyebabkan sulit untuk inhalasi (bernafas) dan juga menyebabkan batuk yang terus-menerus.
2. Asam lambung yang sampai ke esophagus menyebabkan saraf reflex disekitarnya terangsang menyebabkan tertutupnya jalan nafas untuk mencegah asam lambung masuk kedalaam saluran nafas tersebut. Penutupan saluran nafas sementara ini mengakibatkan nafas yang pendek-pendek

DIAGNOSA nya...
Selain anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan, perlu juga dilakukan pemeriksaan penunjang untuk menegakan diagnose pasti dari terjadinya GERD. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain :
· Endoskopi saluran cerna bagian atas
· Esofagografi dengan Barium
· Pemantauan PH 24 jam
· Tes Bernstein
· Tes Penghambat Pompa Proton (PPI Test) Acid Suppresion Test

pengoBaTannya...
Penatalaksaan yang dapat dilakukan untuk pasien GERD meliputi : perbaikan gaya hidup, terapi medika mentosa, terapi bedah hingga terapi endoskopi yang akhir-akhir ini mulai dilakukan.
1. Perbaikan gaya hidup.
Dasarnya adalah untuk mengurangi frekuensi refluks serta mencegah kekambuhan. hal yang dapat dilakukan seperti :
a. Meninggikan posisi kepala pada saat tidur
b. Menghindari makan sebelum tidur dengan maksud untuk meningkatkan bersihan asam dan mencegah refluks asam keeesofagus selama tidur
c. Berhenti merokok dan minum alcohol karena keduanya dapat menurunkan tonus LES
d. Mengurangi konsumsi lemak dan mengurangi konsumsi makanan karena keduanya menyebabkan terjadinya distensi lambung
e. Menurunkan berat badan pasien yang obes dan hindari pakaian yang ketat agar mengurangi tekanan intraabdomen
f. Hindari makanan yang dapat merangsang pengeluaran asam lambung berlebih (peppermint, minuman bersoda,cokelat, serta kopi)
g. Hindari juga obat-obat yang dapat menurunkan tonus LES (kolinergik,teofilin,diazepam,opiate,dll)
2. Terapi medika mentosa
Sampai pada saat ini dasar yang digunakan untuk terapi ini adalah supresi pengeluaran asam lambung. Ada dua pendekatan yang biasa dilakukan pada terapi medika mentosa
a. Step up
Awal pengobatan pasien diberikan obat-obat yang kurang kuat menekan sekresi asam seperti antacid, antagonis reseptor H2 ( simetidin, ranitidine, famotidin, nizatidin) atau golongan prokinetik (metoklorpamid,domperidon,cisaprid) bila gagal berikan obat-obat supresi asam yang lebih kuat dengan masa terapi lebih lama (PPI)
b. Step down
Pada terapi ini pasien langsung diberikan PPI dan setelah berhasil lanjutkan dengan supresi asam yang lebih lemah untuk pemeliharaan
3. Terapi terhadap Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi adalah perdarahan dan striktur. Bila terjadi rangsangan asam lambung yang kronik dapat terjadi perubahan mukosa esophagus dari squamous menjadi kolumnar yang metaplastik sebagai esophagus barret’s (premaligna) dan dapat menjadi karsinoma barret’s esofagus
a. Striktur esophagus
Bila pasien mengeluh disfagia dan diameter strikturnya kurang dari 13 mm maka dapat dilakukan dilatasi busi, bila gagal juga lakukanlah operasi

b. Barret’s esophagus
Bila pasien telah mengalami hal ini maka terapi yang dilakukan adalah terapi bedah (fundoskopi). Selain terapi bedah dapat juga dilakukan terapi endoskopi (baik menggunakan energy radiofrekuensi,plikasi gastric luminal atau dengan implantasi endoskopi) walapun cara ini masih dalam penelitian.

jadi mungkin itu sekilas tetang penyakit GERD.. kalo ada yang mau nambahin ato komentari boleh ko...

info GERD yang diatas diambil dari tugas referat yang aq buat dari ngumpuli berbagai artikel internet dan buku

Kamis, 06 Desember 2007

Vaksin untuk Ca Cervix

Taukah anda bahwa Setiap 2-4 menit seorang perempuan meninggal akibat kanker serviks?!
Ya, karena saat ini kanker serviks merupakan kanker yang paling sering ditemukan pada perempuan dikawasan seluruh dunia.

Ca Cervix
Ca ini menyerang segala umur mulai dari usia 10 tahun keatas. Dan paling sering menyerang wanita dimana ia masih produktif yaitu sekitar 30-50 tahun. Ca cervix dapat terjadi akibat infeksi dari human papilomavirus (HPV). HPV yang paling sering dijumpai ( 70% ) adalah tipe HPV 16 dan HPV 18. Meski sebagian dari infeksi HPV dapat hilang atau sembuh dengan sendirinya, namun sebagian dapat menetap dan akan berkembang menjadi Kanker serviks, yang dapat timbul tanpa gejala untuk beberapa tahun. Sehingga pada kasus-kasus yang terjadi, biasanya kanker serviks terdiagnosa pada stadium lanjut dimana angka kematian sangat tinggi.

Deteksi DiNi

Ca cervix dapat dideteksi dengan melakukan Pap Smear, walapun pada stadium awal gejala sulit terlihat. Ada 100 jenis HPV yang dapat menginfeksi namun sebagian besar tidak berbahaya dan tidak menunjukan adanya gejala.
HPV ini mudah ditularkan dengan melakukan hubungan seksual atau infeksi melalui kulit. Tidak seperti virus pada umumnya, perempuan yang terkena HPV tidak akan mempunyai kekebalan terhadap virus ini sehingga lebih mudah untuk terjadinya infeksi berulang yang apada akhirnya akan beresiko terjadi Ca Cervix

Vaksinasi
Dan saat ini sudah ditemukan vaksin yang dapat melawan dua jenis virus yang paling sering menyerang yaitu HPV 16 dan HPV 18. vakin tersebut diproyeksikan guna mencegah kanker serviks dan memberikan perlindungan terhadap HPV 16 da HPV 18. selain itu vaksin juga diharapkan dapat mengatasi infeksi menetap yang disebabkan oleh tipe HPV onkogenik.

Temuan vaksin itu dirancang untuk meningkatkan respon kekebalan sehingga dengan vaksin tersebut perlindungan terhadap HPV bisa lebih panjang. Menjaga agar tidak terjadi lesi akibt HPV juga menjadi salah satu efikasi ( manfaat) vaksin tersebut. Dan vaksin ini dapat melawan infeksi silang yang disebabkan oleh HPV 31 dan HPV 45 yang juga terkait dengan HPV 16 dan HPV 18

Dengan ditemukannya vaksin ini serta melakukan skrining, merupakan langkah baru untuk pencegahan terjadinya kanker serviks.
Tapi sekali lagi perlu diingat vaksin ini merupakan tindakan untuk profilaktik dan bukan terapiutik



Sumber
1. Majalah DOKTER KITA. Edisi 12-THN II-DESEMBER 2007
2. www.suarakarya-online.com/news.html?id=181536

HIPEREMESIS GRAVIDARUM, BAHAYA GA SIH?!

Hiperemesis Gravidarum

Adalah suatu keadaan pada masa kehamilan dimana terjadi mual dan muntah yang berlebihan, kehilangan berat badan, serta terjadinya gangguan keseimbangan elektrolit. Terjadi pada 1-2% ibu yang pada masa kehamilannya mengalami morning sickness. Umumnya gangguan mual muntah tersebut bisa berlangsung hingga minggu ke-20 kehamilan, yang ditandai dengan mual yang tidak terkendali serta muntah-muntah hampir dua puluh kali setiap harinya. Hyperemesis gravidarum tidak dapat dicegah namun ibu hamil dapat menjadi lebih nyaman jika mengetahui cara manajemen perawatan hyperemesis gravidarum tersebut.

Walaupun ada dugaan bahwa mual muntah yang berlebihan dapat memperbesar risiko terjadinya keguguran, namun kondisi tersebut sebenarnya lebih membahayakan si ibu. Ibu hamil bisa mengalami dehidrasi yang dapat berakibat fatal jika tidak ditangani dengan baik. Dehidrasi tersebut dapat mengakibatkan kerusakan organ hati dan ginjal. Biasanya dokter akan memberikan suntikan serta obat-obatan antimual untuk mengatasinya.

Penyebabnya...
Hyperemesis gravidarum sampai saat ini masih belum diketahui dengan jelas faktor yang menjadi penyebab pastinya. Namun perubahan hormonal diduga memiliki kaitan dengan kejadian ini. Hypermemesis gravidarum lebih sering dialami oleh ibu dengan kehamilan multipel (kembar dua atau lebih) dan seorang wanita yang mengalami hyperemesis gravidarum pada kehamilan sebelumnya mempunyai kemungkinan mengalami hyperemesis gravidarum pada kehamilan berikutnya.

Gejala-gejala yang dialami...
Pada setiap ibu hamil gejalanya tidak selalu sama, tapi yang paling sering dirasakan seperti :
· Mual dan muntah berat terutama pada trimester pertama kehamilan
· Muntah setelah makan atau minum
· Kehilangan berat badan >5% dari BB ibu hamil sebelum hamil, (rata-rata kehilanagn BB 10%)
· Dehidrasi
· Penurunan jumlah urine
· Sakit kepala
· Bingung
· Pingsan
· Jaundise
Pada keadaan yang parah perlu perawatan khusus karena hiperemesis gravidarum ini akan menyebabkan perubahan bahkan ganguan keseimbangan cairan dan elektrolit, defisiensi nutrisi, gangguan liver dan jaundise (warna kuning pada kulit, mata dan membran mukosa). Dan kehilangan berat badan ibu hamil yang berlebih dan kekurangan nutrisi berefek pada pertumbuhan janin.


Penatalaksanaan ...
Tujuan dari penatalaksaan ini diantaranya adalah :
· Menurunkan rasa mual dan muntah
· Mengganti kehilangan cairan dan elektrolit
· Memenuhi kebutuhan nutrisi dan mengatasi kehilangan BB ibu hamil
Cara yang dapat dilakukan untuk meringankan gejala-gejala saat dirumah adalah :
Makan dalam jumlah sedikit tapi sering, jangan makan dalam jumlah atau porsi besar hanya akan membuat anda bertambah mual. Berusahalah makan sewaktu anda dapat makan, dengan porsi kecil tapi sering.
Makan makanan yang tinggi karbohidrat dan protein yang dapat untuk membantu mengatasi rasa mual anda. Banyak mengkonsumsi buah dan sayuran dan makanan yang tinggi karbohidrat seperti roti, kentang, biscuit
Di pagi hari sewaktu bangun tidur jangan langsung terburu-buru terbangun, cobalah duduk dahulu dan baru perlahan berdiri bangun. Bila anda merasa sangat mual ketika bangun tidur pagi siapkanlah snak atau biscuit didekat tempat tidur anda, dan anda dapat memakannya dahulu sebelum anda mencoba untuk berdiri.
Hindari makanan yang berlemak, berminyak dan pedas yang akan memperburuk rasa mual anda.
Minum yang cukup untuk menghindari dehidrasi akibat muntah. Minumlah air putih, ataupun juice. Hindari minuman yang mengandung kafein dan karbonat.
Vitamin kehamilan kadang memperburuk rasa mual, tapi anda tetap memerlukan folat untuk kehamilan anda ini. Bila mual muntah sangat hebat, konsultasikan ke dokter anda sehingga dapat diberikan saran terbaik untuk vitamin yang akan anda konsumsi. Dan dokter anda mungkin akan memberikan obat untuk mual bila memang diperlukan.

Vitamin B 6 efektif untuk mengurangi rasa mual pada ibu hamil. Sebaiknya Konsultasikan dahulu dengan dokter anda untuk pemakaiannya.
Pengobatan Tradisional : Biasanya orang menggunakan jahe dalam mengurangi rasa mual pada berbagai pengobatan tradisional. Penelitian di Australia menyatakan bahwa jahe dapat digunakan sebagai obat tradisional untuk mengatasi rasa mual dan aman untuk ibu dan bayi. Pada beberapa wanita hamil ada yang mengkonsumsi jahe segar atau permen jahe untuk menbantu mengatasi rasa mualnya.
Istirahat dan relax akan sangat membantu anda mengatasi rasa mual muntah. Karena bila anda stress hanya akan memperburuk rasa mual anda.
Perawatan yang biasa dilakukan di Rumah Sakit antara lain :
· Pemberian cairan intra vena : untuk memberikan hidrasi, elektrolit, vitamin dan nutrisi
· Percutaneus endoscopic gastrotomy : memberikan nutrisi
· Medikasi : Metoclopramide, Antihistamin, dan anti reflux medication.


Sumbernya…
http://www.info-sehat.com/content.php?s_sid=906
http://lely-nursinginfo.blogspot.com/2007/06/hyperemesis-gravidarum.html

Jumat, 26 Oktober 2007

Migraine!! How to prevent it ???

There’re many people feel migraine, and usually the pain is accompanied by nausea and changes in vision. And of course it can disturb the activity of that people.

Cause of the migrain....

MIGRAINE is a form of headache. It is usually very intense and disabling. Some people suffer from it repeatedly. Migraines are different from other headaches because they occur with symptoms such as nausea, vomiting, or sensitivity to light.

Migraines can be triggered by allergies and stress. They may be, relieved by identifying and avoiding problem foods. Some sufferers react to salt, lactose in milk and ice cream, cigarette smoke, birth control pills, caffeine and tryptophan, an amino acid found in protein-rich foods. All these allergens may trigger or worsen a migraine attack.

So, Is there any way to prevent an attack?

There are many way to prevent a migrain attack, like consuming vitamin, such as Riboflavin (vitamin B2) is helpful in treating migrain, cause It has been noticed that a reduction of energy production within the blood vessels of the brain is one of the causes. Thus flooding the system with riboflavin can indirectly help regenerate this flagging energy system and somehow short-circuit migraine pain. High doses of calcium and vitamin D have also been useful in treating migraines.

Not only vitamin, mineral also needed, like magnesium. On average, those with migraine have lower levels of magnesium. Studies have shown that magnesium supplementation decreases premenstrual migraines. Fish oil may also be used to reduce the symptoms of migraine headaches. Ginkgo biloba may also help as it reduces the platelet-activating factor, which may contribute to migraine attacks.

And finally,the most important, you’ve doing Exercising and managing your stress. Cause it is the main factor of migrain attack..

from:http://www.e-healtharticles.com/Detailed/Neurology/Headaches__Migraines/How_to_tackle_migraine_J1912.html

A Migraine And An Allergy Headache, are they same?!!

There’re many people find it difficult to distinguish between an allergy headache and a migraine. There may be chances of Allergy headache if someone complains of headache after eating or drinking something. If the headache is accompanied with swelling, hives or breathing problems too then these symptoms confirm Allergy headache. These types allergies can be fatal if not handled properly a doctor should be consulted immediately.

If a person suffers from headache pain, but have no other symptoms, then he can try to get relief by applying a cold pack on his forehead. When this is accompanied with proper rest he should feel much better after a short period of time. However, if he feels that the cold pack is of little use, then he should stop using it and allow the pain to settle down. A painkiller such as acetaminophen, naproxen sodium, ibuprofen or aspirin may prove to be helpful here.

Allergy Headaches Due To Weather

Someone may also get an allergy headache from the changes in seasons as well. symptoms effectively make an allergy headache discernible from a migraine. The symptoms of migraine are an intense headache that is located in one particular area of your head. Usually it is accompanied by nausea and it may even cause you to vomit. Sometimes person having migraine may even become sensitive to touch on his arms and scalp. A migraine may last for several hours or days. If someone suffer from migraines, discussion with a doctor and proper medication may prove helpful.
On the other hand, an allergy headache is usually triggered by person’s allergies or a change in the air pressure. Therefore, if he notices that headache is seasonal or occurs due to weather change, then there might be a possibility of Allergy headache. Person having Allergy headache can simply treat this common type of headache by taking an over-the-counter allergy pain reliever medication. This helps the pressure inside your sinuses to equalize with the air around it. These medications prove very helpful in treating all seasonal allergy symptoms as well.

from : http://www.e-healtharticles.com/Detailed/Neurology/Headaches__Migraines/The_Difference_between_A_Migraine_And_An_Allergy_Headache_J3518.html

The Facts of Alzheimer

If there is someone in your family has Alzheimers disease, and you need info on Alzheimers disease to try to help you make decisions about what to do next, and what can you tell your kids to make them understand why their grandfather or uncle doesn’t recognize them anymore? Maybe this little info about the disease can help you to understand what the Alzheimer is!! So let’s read it together..

Alzheimers: What Is It?

Alzheimers disease is a form of a mental disorder known as “dementia”. Dementia is a brain disorder that seriously hampers the brain’s ability to process rational or normal thought and inhibits the daily activities of its sufferers because of this. Alzheimers disease, therefore, affects the part of the brain that is responsible for thought, memory, and language.

Alzheimers disease is one of the leading causes of death in America. The German physician Alois Alzheimer first identified this disorder in 1907. This disorder is a serious illness that affects the memory ability of the brain, capability of learning, making rational decisions and capacity to function routinely.


Alzheimers disease robs millions of people each year of their memories, their personalities, and the ability to complete daily activities. For the longest time, it was believed that nothing could be done to prevent this awful disease; that it was simply something that people had to look forward to when they reached their golden years. However, new research indicates that there is a number of ways to prevent Alzheimers disease.

The hallmark sign of Alzheimers disease is the loss of memory. Generally, those 65 years of age or older, begin to concern themselves with this disease at the first episodes of forgetfulness. Although forgetfulness is a sign of Alzheimers disease, it is important to note that there are other signals that may herald the onset of this malady. Therefore, being knowledgeable about Alzheimers, through exhibited signs, and is paramount for our loved one’s health as well as our own.


How to dealing With Alzheimers?!!

Hearing the news that a family member has received an Alzheimers diagnosis can be an emotionally devastating moment in anyone’s life. However, before the Alzheimers diagnosis can be given to the patient and their family, the patient must undergo a variety of laboratory tests, such as medical assessments and laboratory measurements. There is no single test existing that will categorically give the Alzheimers diagnosis.

With this proactive stance, diagnosticians have been able to devise a set of Alzheimers disease testing tools that can detect symptoms of Alzheimers disease in its earlier stages. As of yet, there is no single diagnostic test that is able to determine if a person has Alzheimers disease, but the battery of testing that is available makes it possible for physicians to diagnose it with about 90 percent accuracy. Alzheimers disease testing can take anywhere from one day to several weeks to ensure accuracy and proper diagnosis.

An Alzheimers test is important to ensure that the person isn’t just going through the usual memory loss associated with age; however, sometimes an Alzheimers test isn’t necessary. Alzheimers disease doesn’t just affect a person’s memory; it can make people see things that aren’t there, and even send them into screaming fits.

If you think a loved one is starting to become senile or experience other symptoms of dementia, you may want that person to undergo Alzheimers testing. Unfortunately, there is currently no definitive test for Alzheimers disease that a person can undergo. The only way doctors diagnose Alzheimers with 100% certainty is through physical examination of the brain after the person has passed away. Rather than Alzheimers testing, what you want to look for is some type of psychological and behavioral screening coupled with extensive tests to rule out other types of dementia.

So, how about Living With Alzheimers?!!

Living with Alzheimers can be a crippling experience for both the disease sufferer and the family that is involved. There are many moments of misunderstanding or confusion for most and the symptoms can become frustrating and difficult. The loss of memory and other associated factors can often cause immense separation in families and can create a nervous tension on relationships that is not necessary if suitable information is available and utilized by all parties involved.

Finding in-house Alzheimers help should not be an emotionally laden issue for the entire family. Tackling this need in an organized way, from evaluating to planning, is the key to making in-house Alzheimers help feasible. First, you should sit down and evaluate the needs of the family caregiver and the patient. From there, creating a job list and a set of guidelines becomes easy to make and follow.

Caring for someone with Alzheimers can be a daunting task. You will need all of the support you can get, along with the latest and most significant Alzheimers info and research. It is a confusing time, and the more you know, the more confident you will feel in your ability to give your loved one the best possible care and support. It is also important to build a support network that will help you to avoid the common problems associated with caretaker burnout.

articel take from

http://www.e-healtharticles.com/Detailed/Neurology/Alzheimers/Alzheimers_-_The_Facts_J2760.html


Stretch Marks and Pregnancy

Pregnancy brings some unavoidable problems with it backache, fatigue, queasiness, and, almost invariably, stretch marks. As the term of childbearing progresses (usually during the 6th or 7th month) something like 80% of all women can expect to find red striations to appear on the skin of the abdomen. Depending on the degree of change in weight gain, stretch marks can also develop on the upper thighs and waist.

Some dermatologists attribute the susceptibility to stretch marks in pregnancy to heredity, so some women may be at greater risk than others. Whatever the case, this need not be cosmetic Armageddon. Since the pregnancy/stretch arks connection has been discovered, a lot of research has gone into tackling the problem.

Pregnancy-related stretch marks can definitely be prevented and almost certainly minimized with the right precautions. For instance, pregnancy need not and should not equal indefinite and uncontrolled weight gain which is the main reason for stretch marks in pregnant women.

In other words, it is important that the mother-to-be maintains a strict nutritional regimen (read no compulsive consumption of dill pickles, no matter how strong the craving). At any stage of the pregnancy, weight gain should stay within 20 to 30 pounds. A proper diet should also be supplemented with regular exercise like walking and stretching. With these precautions, weight gain will follow its naturally appointed course and the skin will not be subjected to abrupt stresses which it cannot accommodate.

Maintaining proper body hydration by means of adequate water consumption will ensure that the skin stays moist and supple, thereby maintaining its elasticity and eliminating a major cause for stretch marks. In most Eastern countries, expectant mothers also receive daily oil massages with vitamin E and C-rich massage media to reduce the possibility of stretch marks � we in the West would do well to take a leaf out of that book.

Stretch Marks provides detailed information on Stretch Marks, Home Remedies For Stretch Marks, Laser Stretch Marks Removal, Prevent Stretch Marks and more. Stretch Marks is affliated with Skin Rashes

from :http://www.e-healtharticles.com/Detailed/Womens_Health/Pregnancy/Stretch_Marks_and_Pregnancy_J1648.html

_Weight Loss After Pregnancy_

Usually during pregnancy, womans gain more than 25 pounds. And after her childbirth their weight loss of up to 14 pounds, which means that new moms still have considerable weight to lose once they leave the hospital..

So, Is there any way to lose it?! May be this info can help, let's read it together !!

However, some women simply assume that this “baby fat” will never go away. Yet, it is entirely possible to lose weight during the post-partum period. A number of medical experts recommend easing into a weight loss program after the birth of your baby. This means that you will not start dieting until about three months following birth. You should combine a low-fat diet with moderate exercise in order to achieve weight loss.

Don’t expect instant results. It will take you a good nine months to get back to your weight prior to pregnancy. A go-slow approach is best because you need to give your body time to recover after childbirth. Certainly, you might be able to lose weight faster, but you might be sacrificing valuable nutrients as a result.

Interestingly enough, breastfeeding actually enhances weight loss. The American College of Obstetricians and Gynecologists has found that breastfeeding leads to the release of hormones which enable your uterus to return to its normal size.

However, breastfeeding alone won’t bring down your weight, you need to combine it with a sensible diet and a moderate exercise program. Keep in mind that you need to have at least 1800 calories a day while breastfeeding in order to keep yourself and your baby healthy. Still, stay clear of junk food during this period. You should rely on food with high nutritional value to maintain the proper level of calories each day.

There are many good reasons to exercise during the post-partum period. In addition to helping to accelerate weight reduction, exercise can help alleviate post-partum depression, improve your mood, and boost your confidence. Exercise can also “clear your head” so that you’re better able to meet the demands of motherhood. You might consider joining a “Mommy and Me” exercise class so that your baby can exercise right along with you. Another helpful hint is to enlist the help of a friend or relative to act as your exercise buddy so that you’ll have some emotional support while exercising. An added bonus of exercise is that it should boost your energy level, which is quite important when battling the fatigue which comes from caring for a newborn.
Your diet should generally be low-fat but not fat-free; vitamin rich; and high-fiber. Under no circumstances should you go on a fad diet. Such a diet could be quite harmful to your health and could actually slow your recovery from childbirth. It’s a good idea to set weight-loss goals, but don’t go overboard. Recognize that there’s a limit to the amount of weight you can lose during a given period of time.

.The time right after the birth of a child can be quite challenging, taxing both your physical and emotional strength. While it is certainly a good idea to eat healthy, you’ll need to pace yourself as far as weight loss is concerned. Over time, you should be able to lose the weight you gained during your pregnancy. In fact, you might find that you’re actually healthier after your baby is born.

from: http://www.e-healtharticles.com/Detailed/Womens_Health/Pregnancy/The_Secrets_to_the_Weight_Loss_After_Pregnancy_J593.html